Infeksi Menular Seksual (IMS) adalah penyakit yang ditularkan melalui kontak seksual dengan orang yang terinfeksi. IMS dapat disebabkan oleh berbagai jenis bakteri, virus, atau parasit. Contoh penyakit yang tergolong sebagai IMS adalah infeksi HPV, HIV, klamidia, gonore (kencing nanah), sifilis, herpes genital, dan lain-lain.
Beberapa IMS dapat menyebabkan gejala yang nyata, seperti keputihan atau keluarnya cairan yang tidak normal dari kelamin, rasa gatal, luka, lecet atau kutil pada alat kelamin, maupun nyeri saat buang air kecil atau berhubungan seksual. Namun, beberapa IMS juga dapat bersifat asimtomatik, artinya pasien tidak mengalami gejala tetapi sebenarnya sudah terinfeksi. Untuk itu sangatlah penting melakukan skrining secara rutin jika Anda berisiko tinggi terinfeksi dan aktif secara seksual.
Skrining Klamidia
Gejala klamidia bisa muncul dalam 1 minggu hingga tiga bulan atau lebih, setelah melakukan hubungan seksual tanpa pengaman dengan orang yang terinfeksi. Bakteri bisa menular melalui cairan vagina dan semen. Karena banyak kasus klamidia yang tidak menimbulkan gejala, banyak orang yang tidak menyadari bahwa mereka telah mengalami klamidia.
Pemeriksaan yang paling umum dilakukan untuk memeriksa bakteri klamidia adalah tes amplifikasi asam nukleat (NAAT). Tes ini dilakukan dengan mengambil sampel cairan vagina/serviks atau sampel urine yang akan diperiksa di laboratorium, untuk melihat bila terdapat bakteri penyebab klamidia atau tida.
Skrining Gonore
Gonore adalah infeksi menular seksual yang disebabkan oleh bakteri Neisseria gonorrhoeae. Infeksinya lebih sering memengaruhi uretra, serta bisa mengenai rektum, tenggorokan maupun leher rahim.
Gejala paling umum yang dirasakan pria maupun wanita saat terinfeksi gonore adalah rasa sakit saat buang air kecil, serta keluarnya cairan seperti nanah dari ujung penis pada pria. Untuk mengetahui bila Anda memiliki gonore, sampel urine atau swab dari area yang dikeluhkan bisa diambil dan kemudian diperiksa di laboratorium. Hasil positif bila ditemukan bakteri penyebab gonore pada sampel.
Skrining Sifilis
Sifilis juga termasuk penyakit yang bisa menyebar melalui hubungan seksual, termasuk melalui seks anal atau oral. Infeksinya disebabkan oleh bakteri Treponema pallidum.
Penyakit ini memiliki beberapa stadium, dan pada tahapan tertentu gejala sifilis bisa tidak muncul walaupun sifilis masih bisa berkembang ke stadium penyakit selanjutnya. Oleh karena itu bila Anda aktif secara seksual, Anda sebaiknya melakukan skrining sifilis. Pemeriksaan darah bisa dilakukan untuk mengetahui bila terdapat antibodi yang dihasilkan tubuh untuk melawan bakteri sifilis.
Baca Juga: Masalah Kehamilan yang Mungkin Terjadi Akibat Sifilis
Skrining HPV
HPV (human papillomavirus) adalah sejenis virus yang menjadi infeksi menular seksual tersering menurut CDC. Ada banyak jenis varian HPV, dan virus ini bisa menyebabkan kutil kelamin hingga kanker serviks.
Skrining HPV dilakukan untuk mendeteksi bila terdapat virus ini di dalam tubuh Anda. Skrining rutin umumnya disarankan bila Anda aktif secara seksual atau sudah berusia 30 tahun ke atas. Pada wanita, pemeriksaan HPV bisa dilakukan bersama pap smear.
Baca Juga: Kapan Sebaiknya Mendapatkan Vaksin HPV?
Skrining HIV
HIV adalah penyakit akibat virus yang menyerang sel-sel kekebalan tubuh dan membuat penderitanya lebih rentan terkena penyakit. Infeksinya menular terutama melalui hubungan seks tanpa pengaman, penggunaan jarum suntik bersama orang yang terinfeksi, atau ditularkan dari ibu penderita HIV pada bayi.
Untuk mengetahui apakah Anda terinfeksi HIV atau tidak, Anda bisa menjalani beberapa pilihan tes di antaranya tes antibodi HIV, tes antigen/antibodi HIV, atau NAT (tes asam nukleat). Pemeriksaan dilakukan dengan mengambil sampel darah Anda.
Segera periksakan diri kembali ke dokter bila hasil tes menunjukkan positif sehingga Anda bisa segera mendapatkan pengobatan.
Konsultasikan dengan dokter melalui aplikasi Ai Care terkait jenis tes yang perlu diambil khususnya jika Anda berisiko tinggi terhadap IMS serta aktif secara seksual.
Mau tahu informasi seputar penyakit lainnya? Cek di sini, ya!
- dr Hanifa Rahma